Inilah Makalah Wacana Maulid Nabi Muhammad Saw | Bahan Kajian Islam


Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Umat Islam ketika itu kehilangan semangat usaha dan persaudaraan ukhuwah.
Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, hingga hari ini.
Dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid Nabi atau Muludan dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan banyak sekali kegiatan yang menarik masyarakat biar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai mengambarkan memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh pengecap Jawa diucapkan Sekaten.
Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah dihapal luar kepala oleh bawah umur NU.
Dalam Madarirushu’ud Syarhul Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa menghormati hari lahirku, tentu saya berikan syafa’at kepadanya di Hari Kiamat.” Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”.


BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Maulid Nabi Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد، مولد النبي‎), ialah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad ialah dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh sesudah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini ialah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

B. Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

1. Pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang pertama dan waktu pelaksanaannya

Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang beropini bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya ialah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin ketika itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Nasrani Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.

2. Latar belakang pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW

Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenal animo itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam ketika itu kehilangan semangat usaha dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual.
Adalah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi –orang Eropa menyebutnya Saladin, seorang pemimpin yang pintar mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub –katakanlah dia setingkat Gubernur. Pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir, dan tempat kekuasaannya membentang dari Mesir hingga Suriah dan Semenanjung Arabia. Kata Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia biar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal kalender Hijriyah, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal.
Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari khalifah di Baghdad yakni An-Nashir, ternyata khalifah setuju. Maka pada animo ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H (1183 Masehi), Salahuddin sebagai penguasa haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah) mengeluarkan aba-aba kepada seluruh jemaah haji, biar bila kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 M) tanggal 12 Rabiul-Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan banyak sekali kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Salahuddin ditentang oleh para ulama. Sebab semenjak zaman Nabi peringatan menyerupai itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi berdasarkan pedoman agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak sanggup dikategorikan bid`ah yang terlarang.
Salah satu kegiatan yang diadakan oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) ialah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama ialah Syaikh Ja`far Al-Barzanji. Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji hingga kini sering dibaca masyarakat di kampung-kampung pada peringatan Maulid Nabi.
Barzanji bertutur wacana kehidupan Muhammad, meliputi silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Karya itu juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta banyak sekali insiden untuk dijadikan contoh umat manusia. Nama Barzanji diambil dari nama pengarang naskah tersebut yakni Syekh Ja’far al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim. Barzanji berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Karya tulis tersebut sebenarnya berjudul ‘Iqd Al-Jawahir (artinya kalung permata) yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Tapi kemudian lebih populer dengan nama penulisnya.
Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, hingga hari ini.
Dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid Nabi atau Muludan dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan banyak sekali kegiatan yang menarik masyarakat biar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai mengambarkan memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh pengecap Jawa diucapkan Sekaten.
Dua kalimat syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan Kalijaga berjulukan Gamelan Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu, yang ditabuh di halaman Masjid Demak pada waktu perayaan Maulid Nabi. Sebelum menabuh dua gamelan tersebut, orang-orang yang gres masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dulu memasuki pintu gerbang “pengampunan” yang disebut gapura (dari bahasa Arab ghafura, artinya Dia mengampuni).
Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Gerebeg Mulud. Kata “gerebeg” artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara, menyerupai nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg Mulud, ada juga perayaan Gerebeg Poso (menyambut Idul Fitri) dan Gerebeg Besar (menyambut Idul Adha).
Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah dihapal luar kepala oleh bawah umur NU. Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif, dan kadang diselenggarakan hingga hari-hari bulan berikutnya, bulan Rabius Tsany (Bakdo Mulud). Ada yang hanya mengirimkan masakan-masakan Istimewa untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang menyelenggarakan upacara sederhana di rumah masing-masing, ada yang agak besar menyerupai yang diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, bahkan ada juga yang menyelenggarakan secara besar-besaran, dihadiri puluhan ribu umat Islam.
Ada yang hanya membaca Barzanji atau Diba’ (kitab homogen Barzanji). Bisa juga ditambah dengan banyak sekali kegiatan keagamaan, menyerupai penampilan kesenian hadhrah, pengumuman hasil banyak sekali lomba, dan lain-lain, dan puncaknya ialah mau’izhah hasanah dari para muballigh kondang.
Para ulama NU memandang peringatan Maulid Nabi ini sebagai bid’ah atau perbuatan yang di zaman Nabi tidak ada, namun termasuk bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) yang diperbolehkan dalam Islam. Banyak memang amalan seorang muslim yang pada zaman Nabi tidak ada namun kini dilakukan umat Islam, antara lain: berzanjen, diba’an, yasinan, tahlilan (bacaan Tahlilnya, misalnya, tidak bid’ah alasannya ialah Rasulullah sendiri sering membacanya), mau’izhah hasanah pada program temanten dan Muludan.
Dalam Madarirushu’ud Syarhul Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa menghormati hari lahirku, tentu saya berikan syafa’at kepadanya di Hari Kiamat.” Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”

3. Tujuan pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW pada ketika itu

Pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi tahun 1174-1193 M atau 570-590 H (Dinasti Bani Ayyub) umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenal animo itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam ketika itu kehilangan semangat usaha dan persaudaraan ukhuwah. Kata Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia biar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal kalender Hijriyah, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal. Waktu itu tujuannya untuk memperkokoh semangat keagamaan umat Islam umumnya, khususnya mental para tentara yang lengah bersiap menghadapi serangan tentara Salib dari Eropa, yang ingin merebut tanah suci Jerusalem dari tangan kaum Muslimin.

4. Bentuk pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW

Beberapa bentuk peringatan maulid yang sering dilaksanakan masyarakat ialah :
1. Pembacaan kalam wahyu Ilahi
Surat atau ayat yang dibacakan tergantung kepada pembaca (qari’) maupun impian pelaksana acara, ayat. Pembacaannya dilaksanakan dengan aturan tajwid yang yang benar. Selain membaca dengan tartil, Qari’ yang dipilih biasanya mempunyai bunyi yang merdu, sehingga bagi jemaah atau orang yang mendengarkan sanggup mengkhayatinya. Setelah itu apa yang di bacakan oleh Qari’ bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan gaya bacaan deklamasi.
2. Tahlilan
Tahlilan ialah seperangkat kalimah thayyibah, surat-surat pendek dari Alquran, maupun kalimah-kalimah lain rumusan ulama yang keseluruhannya dibaca secara berjamaah, program tahlilan biasanya diakhiri dengan makan bersama.
3. Doa bersama
Doa biasanya dipimpin oleh seorang ulama maupun ustadz, bahan doa yang berisi hal-hal yang cukup komrehensif dalam lingkup kehidupan, yang hampir tidak pernah ditinggalkan ialah permohonan ampunan kepada Allah, syafaat Rasulullah, dan hasanah dunia-akhirat.
4. Ceramah keagamaan
Penceramah biasanya ialah ustadz ataupun tokoh masyarakat yang populer keluasan ilmu pengetahuan wacana agama. Biasanya ceramah dilaksanakan di dalam mesjid atau musholla yang luas, kadang bila keadaan tidak memungkinkan ceramah juga dilaksanakan di tempat terbuka menyerupai lapangan yang sudah diberi bantalan maupun tenda seadanya.

5. Manfaat/dampak/akibat pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW

Diantara Manfaat yang timbul dari peringatan Maulid ialah ;
a. Membuat generasi muda lebih mengenal kepribadian Rasulullah SAW, usaha dia yang penuh pelajaran untuk dipetik, dan misi yang diemban dia dari Tuhan SWT kepada alam semesta.
Para sahabat kerap menceritakan langsung Rasulullah SAW dalam banyak sekali kesempatan. Salah satu misal, perkataan Sa’d bin Abi Waqash radhiyallahu anhu, “Kami selalu mengingatkan bawah umur kami wacana peperangan yang dilakukan Rasulullah SAW, sebagaimana kami menuntun mereka menghafal satu surat dalam Al-Quran.”
Ungkapan ini menjelaskan bahwa para sahabat sering menceritakan apa yang terjadi dalam perang Badar, Uhud dan lainnya, kepada bawah umur mereka, termasuk insiden ketika perang Khandaq dan Bai’atur Ridhwan
b. Sebagai sarana umat Islam untuk berkumpul dan saling menjalin silaturahim.
Masyarakat yang tadinya tidak kenal bisa jadi saling kenal; yang tadinya jauh bisa menjadi dekat. Kita pun akan lebih mengenal Nabi dengan membaca Maulid, dan tentunya, berkat dia SAW, kita juga akan lebih bersahabat kepada Tuhan SWT.

C. Dalil-dalil Pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

1. Merayakan maulid termasuk dalam membesarkan kelahiran para Nabi. Hal yang berkenaan dengan kelahiran Nabi merupakan sesuatu yang mempunyai nilai yang lebih, sebagaimana halnya tempat kelahiran para nabi.
Dalam Al quran sendiri juga disebutkan doa sejahtera pada hari kelahiran para Nabi menyerupai kata Nabi Isa dalam firman Tuhan surat Maryam ayat 33:
وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ
“dan kesejahteraan atasku pada hari kelahirannku”.

Maka Rasulullah juga lebih berhak untuk mendapat doa sejahtera pada hari kelahiran beliau.
Dalam Al Quran, Tuhan juga tersebut perintah untuk mengingat hari-hari bersejarah, hari dimana Tuhan menurunkan nikmat yang besar pada hari tersebut, menyerupai dalam firman Tuhan surat Ibrahim ayat 5:
وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآياتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah, Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat gejala (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.”

Dan juga dalam surat Al Jatsiyah ayat 14:
قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah”

Dalam ayat tersebut Tuhan menyuruh untuk mengingat hari-hari Allah, secara dhahir hari yang dimaksud ialah hari kesabaran dan penuh syukur dan yang dibutuhkan dari hari tersebut ialah barakah yang Tuhan ciptakan pada hari tersebut, lantaran hari hanyalah satu makhluk Tuhan yang tidak bisa memberi manfaat dan mudharat.

Dalam surat Yunus ayat 58:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا
Katakanlah: "Dengan kurnia Tuhan dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira”

Dalam ayat ini Tuhan memerintahkan untuk bahagia dengan nikmat Allah. Maka tiada rahmat dan nikmat yang lebih besar dari pada kelahiran Nabi Muhammad SAW. Beliau sendiri mengatakan:
أنا الرحمة المهداة
Kisah lain yang menunjuki bahwa ditutntut untuk memperingati hari bersejarah ialah kisah Nabi SAW berpuasa pada hari Asyura. Ketika Nabi masuk kota Madinah, dia mendapati yahudi Madinah berpuasa pada hari Asyura. Ketika mereka ditanyakan wacana hal tersebut mereka menjawab “bahwa pada hari tersebut Tuhan memberi kemenangan kepada Nabi Musa dan Bani Israil atas firaun, maka kami berpuasa untuk mengangagungkannya” Rasulullah berkata “kami lebih berhak dengan Musa dari pada kamu” kemudian dia memerintahkan untuk berpuasa pada hari Asyura. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalany mengakibatkan hadis ini sebagai dalil untuk kebolehan merayakan maulid Nabi.


2. Kisah Suwaibah Aslamiyah yang dimerdekakan oleh Abu Lahab lantaran kegembiraannya terhadap kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Setahun sesudah Abu lahab meninggal, salah satu saudaranya yang juga merupakan paman Rasulullah, Saidina Abbas bin Abdul Muthallib bermimpi bertemu dengannya dan menanyakan bagaimana keadaan Abu Lahab, ia menjawab “bahwa tidak mendapat kebaikan setelahnya tetapi ia mendapat minuman dari bawah ibu jarinya pada setiap hari senin lantaran ia memerdekakan Suwaibah Aslamiyah ketika mendengar kabar gembira kelahiran Nabi Muhammad”. Hadis ini tersebut dalam Shaheh Bukhary dengan nomor 4711. kisah ini juga disebutkan oleh Ibnu Kastir dalam kitab dia Al Bidayah An Nihayah jilid 2 hal273.
Ini ialah jawaban yang Tuhan berikan terhadap orang yang menjadi musuhNya dan mendapat celaan dalam Al Quran. Apalagi terhadap orang-orang mukmin yang bahagia terhadap kelahiran baginda Rasulullah SAW.


3. Rasulullah sendiri pernah merayakan hari kelahiran dia sendiri yaitu dengan berpuasa pada hari senin. Ketika ditanyakan oleh para shahabat dia menjawab:
فيه ولدت وفيه أُنزل عليَّ
“itu ialah hari kelahiranku dan hari diturunkan wahyu atasku”.(H.R. Muslim)

Hadis ini tersebut dalam kitab Shaheh Muslim jilid 2 hal 819. Hadis ini menjadi landasan yang berpengaruh untuk pelaksanaan maulid walaupun dengan cara yang berbeda bukan dengan berpuasa menyerupai Rasululah melainkan dengan memyediakan masakan dan berzikir dan bershalawat, namun ada titik temunya yaitu mensyukuri kelahiran Rasulullah saw. Imam As Sayuthy mengakibatkan hadis ini sebagai landasan dibolehkan melaksanakan maulid Nabi.


4. Rasulullah pernah menyembelih binatang untuk aqiqah untuk dia sendiri sesudah menjadi nabi.
Sebelumnya, kakek rasulullah, Abdul Muthalib telah melaksanakan aqiqah untuk Rasulullah. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqy dari Anas bin Malik. Aqiqah tidak dilakukan untuk kedua kalinya maka perbuatan Rasulullah menyembelih binatang tersebut dimaksudkan sebagai memperlihatkan rasa syukur atas nikmat yang Tuhan berikan yaitu penciptaan dia yang merupakan rahmat bagi seluruh alam dan sebagai klarifikasi syariat kepada umat beliau.
Hadis ini oleh Imam As Sayuthy dijadikan sebagai landasan lain dalam perayaan maulid Nabi. Maka juga disyariatkan bagi kita untuk memperlihatkan kesenangan dengan kelahiran Rasulullah yang boleh saja kita lakukan dengan membuat jamuan masakan dan berkumpul berzikir dan bershalawat.


5. Rasulullah memuliakan hari jumat lantaran hari tersebut ialah hari kelahiran Nabi Adam AS.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh An Nasai dan Abu Daud
إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فيه خلق آدم وفيه قبض وفيه النفخة وفيه الصعقة فأكثروا علي من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة علي
“bahwasanya sebagian hari yang terbaik bagi kau ialah hari jum`at,pada hari tersebut di ciptakan Nabi Adam, wafatnya dan pada hari tersebut ditiupnya sangkakala, maka perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari juma`at, lantaran shalawat kau didatangkan kepada ku ” (H.R. Abu Daud).

Rasulullah telah memuliakan hari jum`at lantaran pada hari tersebut Tuhan membuat bapak dari seluruh manusia, Nabi Adam. Maka hal ini juga sanggup diqiyaskan kepada merayakan kelahiran Nabi Muhammad.
6. Memperingati maulid sanggup meneguhkan hati manusia.
Tuhan ta`ala menyebutkan kisah-kisah para anbiya didalam Al-quran menyerupai kisah kelahiran Nabi Yahya, siti Maryam dan Nabi Musa AS. Tuhan menyebutkan kisah-kisah kelahiran para Nabi tersebut untuk menjadi peneguh hati Rasulullah saw sebagaimana firman Tuhan surat Hud ayat 120:
وَكُلّاً نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ
“Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu”.
Apabila membacakan kisah para Nabi terdahulu sanggup meneguhkan hati Rasulullah, maka membacakan kisah kehidupan Rasulullah sebagaimana dilakukan ketika memperingati maulid juga bisa meneguhkan hati insan , bahkan insan lebih membutuhkan peneguh hati ketimbang Rasulullah.
7. Maulid merupakan satu wasilah/perantara untuk berbuat kebaikan dan taat.
Dalam perayaan maulid Nabi, dilakukan banyak sekali macam amalan kebaikan berupa bersadaqah, berzikir, bershalawat dan membaca kisah usaha Rasulullah dan para Shahabat. Semua ini merupakan amalan yang sangat dianjurkan. Semua hal yang mediator bagi perbuatan taat maka hal tersebut juga termasuk taat.
8. Firman Tuhan dalam surat Yunus ayat 58:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah: "Dengan kurnia Tuhan dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Tuhan dan rahmat-Nya itu ialah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".

Dalam ayat tersebut Tuhan memerintahkan untuk bahagia terhadap semua karunia dan rahmat Allah, termasuk salah satu rahmaNya yang sangat besar ialah Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dalam firman Tuhan surat Al Anbiya ayat 107:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Bahkan sebagian jago tafsir menyampaikan kalimat rahmat pada surat Yunus ayat 58 dimaksudkan kepada Nabi Muhammad dengan mengakibatkan surat Al Anbiya ayat 107 sebagai penafsirnya, sebagaimana terdapat dalam tafsir Durar Al Manstur karangan Imam As Sayuthy, tafsir Al Alusty fi Ruh Al Ma`any dan tafsir Ibnul Jauzy.
Kaprikornus dalam ayat tersebut terdapat perintah untuk terhadap datangnya Rasulullah SAW, kesenangan tersebut sanggup diungkapkan dengan banyak sekali macam cara baik menyediakan masakan kepada orang lain, bersadaqah, berkumpul sambil berzikir dan bershalawat dll.
9. Perayaan maulid bukanlah satu ibadah tauqifiyah
Ibadah taufiqiyah ialah ibadahyang tatacara pelaksaannya hanya dibolehkan sebagaimana yang dilaksanakan oleh Nabi, tapi maulid merupakan satu qurbah (pendekatan kepada Allah) yang boleh. Dikarenakan dalam pelaksanaan maulid mengandung hal-hal yang sanggup mendekatkan diri kepada Tuhan maka maulid itu termasuk dalam satu qurbah.

D. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kabupaten Banjar

1. Bentuk pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
“Ratusan hingga ribuah jemaah berjubel di Masjid Agung Al Karomah Martapura, Kabupaten Banjar. Secara bergelombang, jemaah yang dominan mengenakan kemeja koko dan peci putih itu memenuhi hampir setiap sudut masjid kebanggaan warga Martapura itu, Kamis (9/2).
Kedatangan para jemaah yang berasal dari banyak sekali tempat di Kabupaten Banjar itu untuk menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1433 Hijriah. Kegiatan itu merupakan program rutin tahunan yang digelar Pemkab Banjar, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Banjar dan Nadzir Masjid Agung Al Karamah.
Tampak hadir Bupati Banjar, Khairul Saleh, Wakil Bupati, Fauzan Saleh, Pengasuh Ponpes Darussalam Martapura, KH Khalillurrahman, para anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) Kabupaten Banjar. Terlihat hadir juga Ketua Umum PBNU, Prof DR Said Agil Syiraj untuk memperlihatkan ceramah.
Dalam sambutannya, Bupati Banjar, Khairul Saleh menyampaikan bahwa Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu bentuk ungkapan rasa cinta kepada Rasulullah.
"Dengan memperingati Maulid Nabi maka Kabupaten Banjar dan Indonesia selalu mendapat keberkahan dan ridho dari Tuhan SWT," kata dia.”
(Dikutip dari Banjarmasinpost.co.id; 30/01/2013)
“Pelaksanaan maulid di tempat saya (Martapura), biasanya dimulai dengan pembacaan surah Ya’sin secara berjamaah, sesudah itu membaca Maulid Habsy, tahlil, shalawat dan banyak sekali puji-pujian maupun kalam ilahi, kadang juga diadakah ceramah keagamaan bila peringatan maulid dilaksanakan secara besar-besaran. Peringatan maulid biasanya di adakah di Mesjid, Musholla, maupun lapangan luas menyerupai di mesjid Da’watul Khair dan lain-lain”
(Narasumber wawancara ialah M. Abdul Djabbar; 30/01/2013)
2. Tujuan pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
“Pelaksanaan maulid bertujuan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat, selain itu juga biar masyarakat lebih mengenal kepribadian, jalan hidup dan liku-liku yang dilalui Rasulullah untuk sanggup membawa ISLAM hingga sekarang”
(Narasumber wawancara ialah M.Abdul Djabbar; 30/01/2013)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peringatan maulid pada awalnya bertujuan untuk menyatukan umat islam dalam menghadapi perang salib, tujuan ini berubah seiring berjalannya waktu. Maulid sanggup menjadi sarana penyambung silaturrahmi antar warga masyarakat dan sarana untuk memperkenalkan kepribadian dan nilai-nilai luhur yang ada pada diri Rasulullah.
Melaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad ialah baik selama tidak menyeleweng dari aqidah dan syariat agama, hal ini sanggup dilihat dari banyaknya dalil yang memperbolehkan bahkan menganjurkan untuk mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW.

B. Saran-saran

Sebaiknya program maulidan tidak hanya berisi ceramah maupun doa saja, tetapi diisi oleh hal-hal yang sanggup meningkatkan kreatifitas masyarakat. contohnya diadakan banyak sekali lomba, bazaar, maupun pengumpulan dana bagi orang-orang yang membutuhkan.
Saya sebagai sampaumur melihat bahwa kebanyakan sampaumur ketika ini hanya menganggap peringatan maulid sebagai waktu luang langka dari kesibukan berguru mereka. Membuat sampaumur memahami arti sebenarnya dari pelaksanaan maulid ialah PR para pendidik ketika ini. saya berharap bahwa pelaksanaan maulid yang akan tiba ialah hal yang akan selalu dinantikan siswa, bukan sebagai waktu untuk bersenang-senang tanpa mempelajari apapun, tapi sebagai waktu untuk lebih mengenali dan memahami arti dari pelaksanaan maulid sesungguhnya.

Belum ada Komentar untuk "Inilah Makalah Wacana Maulid Nabi Muhammad Saw | Bahan Kajian Islam"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel