Inilah Referensi Pidato Wacana Hari Raya Idul Adha 1438 H 2017 M
Contoh Pidato Hari Raya Idul Adha 1438 H 2017 M
 Allahu Akbar- ALLahu Akbar- Allahu Akbar – WaliLlahil Hamd. 
  Jama’ah Idul Adha yang senantiasa mengharapkan ridha Tuhan swt.
  Alhamdulillah,  tentu merupakan satu kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada terhingga  bahwa pada hari ini kita merayakan hari raya Idul Adha, hari raya  terbesar bagi umat Islam yang bersifat internasional, sesudah dua bulan  sebelumnya kita merayakan hari raya Idul Fithri. Pada hari ini sekitar  tiga juta umat Islam dari bermacam-macam suku, bangsa dan ras serta dari  banyak sekali tingkat sosial dan penjuru dunia berkumpul dan berbaur di kota  suci Makkah Al-Mukarramah untuk memenuhi panggilan Tuhan menunaikan  ibadah haji: “Dan serulah insan untuk menunaikan ibadah haji,  pasti mereka akan tiba kepadamu dengan berjalan kaki, dan  mengendarai unta yang kurus yang tiba dari segenap penjuru yang jauh“. (Al-Hajj: 27)
  Hari  raya Idul Adha juga merupakan hari raya istimewa alasannya dua ibadah  agung dilaksanakan pada hari raya ini yang jatuh di penghujung tahun  hijriyah, yaitu ibadah haji dan ibadah qurban. Kedua-duanya disebut oleh  Al-Qur’an sebagai salah satu dari syi’ar-syi’ar Tuhan swt yang harus  dihormati dan diagungkan oleh hamba-hambaNya. Bahkan mengagungkan  syi’ar-syi’ar Tuhan merupakan membuktikan dan bukti akan ketaqwaan  seseorang ibarat yang ditegaskan dalam firmanNya: “Demikianlah  (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka  sebenarnya itu timbul dari ketakwaan hati”. (Al-Hajj: 33) Atau  menjadi jaminan akan kebaikan seseorang di mata Tuhan ibarat yang  diungkapkan secara korelatif pada ayat sebelumnya, “Demikianlah  (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di  sisi Allah maka itu yaitu lebih baik baginya di sisi Tuhannya”. (Al-Hajj: 30)
  Kedua  ibadah agung ini yaitu ibadah haji dan ibadah qurban tentu hanya bisa  dilaksanakan dengan baik oleh mereka yang mempunyai kedekatan dengan  Tuhan yang merupakan makna ketiga dari hari raya ini: “Qurban” yang  berasal dari kata “qaruba – qaribun” yang berarti dekat. Jika posisi  seseorang jauh dari Allah, maka beliau akan menyampaikan lebih baik  bersenang-senang keliling dunia dengan hartanya daripada pergi ke Mekah  menjalankan ibadah haji.
  Namun bagi  hamba Tuhan yang mempunyai kedekatan dengan Rabbnya beliau akan menyampaikan  “Labbaik Allahumma Labbaik” – lebih baik saya memenuhi seruanMu ya  Allah…Demikian juga dengan ibadah qurban. Seseorang yang jauh dari Tuhan  tentu akan berat mengeluarkan hartanya untuk tujuan ini. Namun mereka  yang posisinya bersahabat dengan Tuhan akan sangat gampang untuk mengorbankan  segala yang dimilikinya semata-mata memenuhi perintah Tuhan swt.
  Allahu Akbar- ALLahu Akbar- Allahu Akbar – WaliLlahil Hamd.
  Kini  hal-hal yang menyangkut pengorbanan telah banyak yang hilang digantikan  dengan spirit mengabdi kepada motif mendapat laba  setinggi-tingginya. Semua dilakukan dengan pamrih yang kian usang kian  menjauhkan individu dari ikatan-ikatan sosial. Idul Adha mengandung  spirit untuk menautkan kembali ikatan-ikatan yang telah terlepas itu.
  Karena  itu, spirit yang terlahir sekian ratus tahun kemudian itu menjadi sangat  relevan sampai hari ini. Dalam konteks Indonesia, semangat ini bahkan  telah menjadi sebuah urgensi. Banyak duduk kasus bangsa muncul akhir  lemahnya spirit untuk berkorban bagi orang lain, spirit untuk berkorban  bagi sesama.
  Yang jauh lebih menonjol dalam kehidupan sehari-hari  kini yaitu semangat untuk menang sendiri, kaya sendiri, berkuasa  sendiri, dan benar sendiri. Spirit ibarat ini sudah barang pasti tak  menghiraukan penderitaan sesama.
  Korupsi, kolusi, dan konspirasi  yaitu fenomena yang terlahir dari dominasi tata nilai ibarat itu. Dan  menjadi sebuah kelaziman bila sebagai dampaknya lahirlah  penyakit-penyakit sosial. Seperti kemiskinan, kebodohan, kejahatan,  keterbelakangan, dan ketertindasan.
  Adalah ketika yang sempurna bagi  bangsa ini untuk mengambil pesan yang tersirat atas hakikat Idul Adha. Tepat alasannya  bangsa ini masih berkubang dalam krisis sesudah terpuruk hampir satu  dekade. Tepat pula alasannya di seluruh penjuru negeri kian banyak  saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang membutuhkan uluran tangan  akhir kehidupan yang serbakekurangan.
  Korban tsunami di Aceh dan  Sumatra Utara masih banyak yang didera nestapa. Juga korban gempa di  Yogyakarta dan Jawa Tengah, korban banjir di Sumatra, dan korban lumpur  panas di Sidoarjo. Semua kenestapaan itu menunggu pengamalan atas spirit  yang membebaskan
  Hadirin wal Hadirat RahimakumuLlah.
  Demikian  sungguh pelajaran yang sangat berharga. Kita selaku generasi masa kini  telah berhutang akal kepada generasi-genersai sebelumnya dalam seluruh  apa yang kita ni`mati ketika ini sebagai hasil dari pengorbanan,  usaha dan perilaku mereka yang mendahulukan kepentingan orang lain.  Maka sepatutnyalah kalau kita melanjutkan rangkaian pengorbanan mereka  itu sehingga kita sanggup memberikan keni`matan ini kepada generasi  berikutnya ibarat yang telah dilakukan oleh generasi sebelum kita.  Akankah generasi kita ketika ini bisa menghargai makna pengorbanan dan  mendahulukan kepentingan orang lain? Apakah generasi kita bisa  mempertahankan tabiat luhur ibarat ini yang memang telah diperintahkan  oleh Tuhan swt?. “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah  dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),  mereka menyayangi orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada  menaruh harapan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan  kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang  Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa  yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran  dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al Hasyr: 9)
  Disini  hari raya Idul Adha kembali hadir untuk mengingatkan kita akan  ketinggian nilai ibadah haji dan ibadah qurban yang sarat dengan  pelajaran kesetiakawanan, ukhuwwah, pengorbanan dan mendahulukan  kepentingan dan kemaslahatan orang lain. Semoga akan lahir  keluarga-keluarga Ibrahim berikutnya dari bumi tercinta Indonesia ini  yang layak dijadikan pola teladan dalam setiap kebaikan untuk seluruh  umat.
 
Selengkapnya :
Contoh Pidato Sambutan Ketua Panitia Qurban Idul Adha
Contoh Pidato Hari Raya Idul Adha
Contoh Puisi Hari Raya Idul Adha
Contoh Naskah Khutbah Hari Raya Idul Adha
Contoh Proposal Permohonan Hewan Qurban Idul Adha
Selengkapnya :
Contoh Pidato Sambutan Ketua Panitia Qurban Idul Adha
Contoh Pidato Hari Raya Idul Adha
Contoh Puisi Hari Raya Idul Adha
Contoh Naskah Khutbah Hari Raya Idul Adha
Contoh Proposal Permohonan Hewan Qurban Idul Adha
Belum ada Komentar untuk "Inilah Referensi Pidato Wacana Hari Raya Idul Adha 1438 H 2017 M"
Posting Komentar